Sunday 26 July 2015

Evercoss A65 One X aka Android One


Saya membeli ponsel satu ini karena ukurannya yang tak terlampau besar, hanya 4,5 inci, sebelumnya saya menggunakan ponsel berlayar 5,5 inci yang bagi saya untuk digunakan sehari-hari terlalu besar. Alasan lain memilih ponsel ini tentu saja dukungan resmi Google dan janji update OS-nya.
Meski spek yang ditawarkan biasa saja tapi bagi saya performa ponsel ini cukup gegas untuk pemakaian sehari-hari.
Speknya antara lain prosesor quad core, RAM 1 GB, kamera 5 Mp dan 2 Mp. Yang penting bagi saya selain harga yang cukup terjangkau, OS-nya telah menggunakan Android Lollipop 5.1.1.
Performa kamera biasa saja, tapi lumayan lah sudah dilengkapi fokus otomatis. Multi media lain seperti musik dan video lain juga biasa saja, tak menonjol namun juga tanpa kendala berarti.
Dilengkapinya ponsel ini dengan lampu LED untuk notifikasi cukup membantu sehingga tak perlu sering menyalakan layar bila hanya sekedar memeriksa apakah ada pesan atau chat masuk.
Ketersediaan asesoris seperti case dan baterai juga cukup mudah didapat meski harus dipesan via toko online.
Satu kekurangan ponsel ini seperti kebanyakan dialami ponsel android murah adalah ketahanan baterai yang kadang membuat cemas saat menggunakan. Saat dipakai baterainya dengan cepat terkuras habis, mengganggu kenyamanan penggunaannya.

Perjalanan sebuah boneka

Saya sayang banget pada boneka jelek satu ini. Mukanya cenderung 'nyempluk' alias gemuk dibanding boneka barbie asli, tapi ada sesuatu yang ramah pada senyumnya. Boneka ini adalah jenis murahan yang badan plastiknya 'kosong' sehingga kakinya tidak bisa ditekuk pada bagian lutut. Namun sedikit aneh meski dia hanyalah boneka plastik 'kosong' rambut blonde-nya cukup padat, tidak botak di mana-mana seperti kebanyakan boneka murahan pada umumnya.
Boneka satu ini sudah mengalami pengalaman yang panjang. Dibeli sekitar akhir tahun 90an, boneka ini lebih banyak terlupakan daripada dimainkan. Waktu itu kalau tak salah kostum dan playset nya bertema rockstar dengan baju bling-bling dengan gitar dan perlengkapan musik lainnya. Lalu masuk era 201x-an boneka ini dimainkan keponakan yang akhirnya mencoret-coret mukanya hingga boneka tak berdaya ini lebih mirip badut. Dalam kondisi demikian dia lalu teronggok di satu keranjang di sudut garasi. Nasib tak jelas. Siap untuk terbuang. Bahkan pada satu pagi ketika ayah saya menanyakan mau diapakan boneka yang kini berwajah kotor itu, saya dengan cuek menjawab,"Buang aja." Namun si boneka malang itu tetap terduduk di sana, mungkin meratapi nasibnya yang menyedihkan. Sampai suatu hari kemudian aku melihatnya lagi, siap untuk melemparkannya ke tempat sampah, mendadak ada rasa tak tega melihat benda yang kini telah kusut kotor. Aku membawa sikat gigi bekas beserta sabun dan mencoba membersihkan muka boneka yang penuh coretan. Tanpa disangka hampir semua kotoran lenyap! Hanya ada sedikit bercak halus di dahinya yang menjadi semacam tanda akan apa yang telah dialaminya. Rambutnya yang tebal telah terlanjur kusut. Beberapa bagian telah menjadi sedemikian kusut hingga tak mungkin dirapikan lagi walau telah berulangkali disisir. Namun tak apa. Kini bersih dan ceria boneka itu dapat kembali tersenyum pada sekelilingnya, membagikan sedikit kecerahan dari kisah perjalanannya yang penuh cerita.