Tuesday 23 December 2014

LG L20 D105

Entah kenapa saya selalu terobsesi dengan ponsel yang berukuran mini, yang mudah dioperasikan dengan satu tangan tanpa harus memusatkan konsentrasi tinggi pada ponsel. Kali ini ponsel 'mini' pilihan saya adalah LG L20 dual sim yang bernomor kode D105. Alasan saya memilih ponsel ini hanya karena dimensinya yang imut. Namun keimutannya ini tentu berimbas pada beberapa hal. Yang paling terlihat adalah layarnya yang hanya 3" dengan resolusi menyedihkan 240x320 pixel. Apapun yang tertampil di layar terlihat kasar, utamanya font yang sering susah dibaca bila tak berukuran besar sekali. Dari segi otak ponsel ini juga hanya dibekali prosesor dual core dan ram 512mb. Untuk sekedar menjalankan aplikasi-aplikasi jejaring sosial pun anda musti sedikit bersabar karena tiap membuka aplikasi tak jarang disertai jeda waktu yang cukup mengganggu. Di segi multimedia juga ponsel ini payah dengan kamera 2 mp fixed focus yang menghasilkan foto biasa saja. Music player juga keluaran suaranya jauh dari memuaskan. Ponsel ini memang sepertinya hanya cocok digunakan sebagai ponsel cadangan mengingat banyaknya keterbatasan seperti tersebut di atas. Satu-satunya kelebihan yang dimilikinya adalah bentuknya yang kecil praktis.

Tuesday 4 November 2014

Xiaomi Redmi 1S

Ponsel satu ini kedatangannya ke Indonesia sempat membuat heboh. Memilih metode pemasaran dengan sistem Flash Sale alias penjualan dalam waktu terbatas di sebuah situs jualan online terkenal Redmi 1S ini membuat banyak orang termasuk saya penasaran bercampur kesal karena sulitnya untuk membeli ponsel ini. Hingga Flash Sale ke-5 yang digelar tiap hari Kamis barulah saya sukses mendapatkan sebuah Xiaomi Redmi 1S.
Setelah akhirnya memperoleh ponsel yang membuat heboh ini apa kesan-kesan saya?
Bentukan fisik luar sih cukup bagus. Dengan buatan yang cukup halus dan material yang berkesan cukup kokoh ponsel ini sama sekali tak berkesan murahan. Layarnya selebar 4.7" cukup indah menampilkan warna-warni aneka foto.
Masuk ke menu kita disambut tampilan khas MIUI dengan warna-warna meriah. Menurut saya pribadi sih MIUI ini adalah salah satu daya tarik utama ponsel ini. Dengan menu dan tampilan yang menarik namun sederhana, aneka pengaturan yang mendetail membuat ponsel ini bukan sekedar sebuah perangkat android biasa. Namun tampilan yang indah ini tentu harus dibayar dengan tingginya penggunaan RAM dan prosesor ponsel ini. Saya sendiri beberapa kali mengalami ponsel Redmi 1S saya seperti berhenti mendadak dan tak dapat difungsikan selama beberapa saat. Mungkin memang spesifikasinya yang berotak quadcore, RAM 1 GB sepertinya kurang mencukupi untuk menunjang MIUI yang menuntut performa grafis prima.
Di aneka forum diskusi memang ada dibahas aneka cara untuk mengatasi masalah ini, antara lain dengan menginstal custom ROM yang lebih ringan. Tapi menurut saya orang membeli ponsel Xiaomi Redmi 1s untuk mendapatkan MIUI-nya, jadi tak ada guna membeli sebuah ponsel Xiaomi bila akan diflash dengan custom ROM.

Untuk multi media, semua bagi saya memuaskan. Kamera, music player, performanya cukup lah untuk penggunaan sehari-hari saya.

Kesimpulan saya setelah menggunakan Xiaomi Redmi 1S selama beberapa saat adalah ponsel ini sangat pantas untuk dimiliki dengan harga hanya satu setengah jutaan. Namun saya sendiri pada akhirnya jarang membawa ponsel ini untuk penggunaan sehari-hari. Ukuran 4.7" nya masih terlalu besar untuk tangan saya, belum lagi bila harus digunakan di dalam kereta api commuter line jabotabek yang selalu penuh sesak itu. :D

Wednesday 29 October 2014

Evercoss A7E

Alasan membeli ponsel ini? Desainnya simpel (walau agak terlalu mirip iPhone 5c), ukuran tak terlalu besar, spek lumayan dibanding harganya.


Spek lumayanlah dengan prosesor quadcore, RAM 512 MB (denger-denger sih dari sononya sudah support swap RAM, tapi saya belum pernah coba), OS yang digunakan sudah android 4.4.2 Kitkat. Bahkan sebulan setelah saya membelinya ada update firmware resmi dari pihak Evercoss yang menambahkan fitur Hotknot (semacam NFC ala pokal) dan Smart access (fitur gesture yang salah satu di antaranya adalah kemampuan membangkitkan nyala layar ponsel dengan dua ketukan seperti yang terdapat pada ponsel-ponsel LG). Fitur double tap to wake-nya bagi saya cukup membantu dan mengirit tombol power.

Tapi yang paling penting bagi saya adalah camera 8 MP autofocus + flash-nya. Hasil jepretan kameranya sangat lumayan untuk sebuah ponsel seharga delapan ratus ribuan.


Dari segi performa dalam pemakaian sehari-hari tak ada masalah fatal. Tak ada gejala kelemotan meski saya termasuk gila-gilaan dalam menginstal aneka aplikasi messaging dan sosial media. Sedang untuk bermain game saya kurang tahu karena saya memang tak begitu suka main game.

Kamera memuaskan. Musik dan multimedia lain memuaskan. Bongkar pasang aplikasi tak ada masalah.

Rooting cukup mudah. Bahan-bahan untuk oprek tersedia cukup banyak di grup facebook a7e.

Penggunaan dengan satu tangan pun nyaman karena ukuran layar hanya 4", bentuknya cukup pas di tangan.

Untuk menyempurnakan tampilan agar makin mirip iPhone luar dalam tinggal menutup body dengan garskin berlogo apel kroak dan untuk daleman alias software-nya agar mirip iPhone tinggal menginstal iLauncher, iControl dan iNoty. Simple :)


Lalu apakah tak ada kelemahan pada ponsel ini? Banyak!

Di grup facebook a7e banyak yang mengeluhkan baterai a7e mereka 'hamil' atau 'membengkak' setelah pemakaian dalam waktu relatif singkat atau sekitar sebulanan saja. Lalu ada pula beberapa orang mengeluhkan lensa kamera mendadak 'gopel' atau 'tercuil' tanpa sebab jelas.

Saya sendiri setelah pemakaian sebulan belum ada gejala 'penggembungan' baterai. Namun yang jelas saya rasakan adalah kapasitas baterai yang menyedihkan untuk memenuhi kebutuhan daya ponsel. Memang dengan kapasitas sekedar 1650 mAh sepertinya kurang untuk sebuah ponsel berotak quad core. Dalam sehari saya minimal 2 kali mengisi ulang daya listrik a7e saya.


Tuesday 26 August 2014

Akankah membeli lagi produk dengan merk tertentu?

Akankah membeli lagi ponsel dengan satu merk tertentu setelah pernah mencoba dan memiliki ponsel dengan merk tersebut? Tentu ada banyak faktor yang membuat orang menjawab ya atau tidak pada pertanyaan di atas. Secara umum mungkin faktornya adalah kepuasan pemakaian ponsel dan kepuasan pada layanan paska penjualan seperti kemudahan perbaikan dan lain sebagainya.
Saat ini saya menggunakan ponsel Cyrus Chat dan HP 7 Voice Tab Bali. Apakah saya akan kembali memilih produk Cyrus dan HP di masa depan? Jawaban saya untuk keduanya tanpa ragu adalah TIDAK. Walau secara umum saya cukup puas dengan performa Cyrus Chat namun saya tak bisa menemukan alasan kuat untuk membeli lagi produk Cyrus yang lain. Lalu bagaimana dengan HP? Jujur saya kecewa dengan HP yang seharusnya sudah berkelas internasional namun seperti tak punya kemauan untuk membuat satu pengalaman yang berbeda pada pengguna melalui personalisasi pada user interface android yang digunakannya. Bila saya ingin mendapatkan pengalaman stock android yang seutuhnya saya lebih baik memilih seri Nexus atau ponsel tiongkok yang lebih murah ( yang biasanya juga menggunakan stock android dengan sedikit sekali sentuhan pada UI-nya). Kemalasan HP untuk memoles UI android yang digunakan diperparah dengan tak adanya aplikasi file manager untuk mengatasi batasan yang diterapkan android kitkat untuk mengelola berkas di kartu SD eksternal. Ini ditambah lagi dengan kualitas kamera HP 7 Voice Tab yang sangat menyedihkan. Bahkan beberapa ponsel tiongkok dengan harga di bawah sejutaan yang pernah saya gunakan pun kameranya tak sejelek milik HP 7 Voice Tab ini. Karena itu untuk merk HP jelas saya mengatakan TIDAK akan pernah membeli produknya lagi.

Thursday 21 August 2014

Launcher of the day : Square Home for tablets

image

Untuk para pengguna android yang menyukai tampilan kotak-kotak a la windows phone bisa mencoba launcher satu ini : Square Home. Selama ini saya biasa menggunakan Launcher8 bila menginginkan perangkat android saya bertampilan a la windows phone. Namun kemudian saya mencoba Square Home ini dan saya lebih menyukainya dibanding Launcher8. Dari homescreen tinggal swipe layar dari kanan ke kiri untuk membuka apps drawer yang menampilkan semua aplikasi yang terinstal. Selain tab berisi daftar aplikasi ada tab untuk daftar shortcuts dan tab untuk daftar aneka widget yang terinstal. Untuk menampilkan aplikasi atau widget di homescreen tinggal tekan tahan dan seret ke arah kiri dan lepaskan di homescreen. Dari homescreen swipe dari kiri ke kanan untuk melihat preferensi launcher, mengganti wallpaper dan membuka setting umum perangkat. Ikon-ikon di homescreen maupun di drawer bisa dipersonalisasi dengan aneka icon packs yang bisa diunduh di Play Store. Launcher ini juga mendukung themes bagi orang yang tak terlalu suka mempersonalisasi sendiri tampilan perangkatnya. Square home ini juga mendukung aneka pintasan dengan gestures dan integrasi dengan perintah suara google.

Tuesday 12 August 2014

HP 7 Voice Tab 'Bali'

hp bali

Beautiful drawer

Screenshot_2014-08-12-15-01-18

Seperti telah saya bahas di postingan saya sebelum ini tentang Stoic Home dan HP 7 Voice Tab, begitu saya melihat tampilan HP 7 Voice Tab yang nyaris tanpa personalisasi dari vendor saya segera berpikir untuk menggunakan launcher pilihan saya sendiri. Stoic Home masih menjadi favorit saya dan segera saya instal pada HP 7 Voice Tab. Namun dipadukan dengan Organized Drawer rasanya kurang enak untuk tab yang layarnya relatif lebar. Menggunakan Swapps yang berkonsep sidebar juga kurang enak rasanya. Maka sebagai app drawer saya mencoba menggunakan Beautiful Drawer. Aplikasi bisa kita pisah-pisahkan menurut kategori. Tiap kategori di bagian atasnya bisa diberi header dengan gambar atau foto apa pun yang kita suka. Personalisasi sederhana namun cukup rapi dan tetap estetis.

Monday 11 August 2014

HP 7 Voice Tab 'Bali'

Bentuk HP 7 Voice Tab ini sekilas membuat saya berpikir benda ini adalah sebuah ponsel, bukan tablet. Sebuah ponsel besar dengan ukuran layar 6.95 inci. Bagian atas dan bawahnya yang lengkung entah kenapa bagi saya memberi kesan seperti itu. Bila dipegang dalam posisi berdiri (portrait) tablet ini terasa cukup langsing. Namun tetap untuk mengoperasikannya dengan satu tangan bagi saya masih relatif sulit. Meski dilengkapi dengan slot sim card namun untuk memfungsikan tablet ini sebagai sebuah 'ponsel' utama untuk digunakan sehari-hari bagi saya tetap terlalu merepotkan.

Secara spek tablet ini diotaki prosesor quad core buatan MTK. RAM sebesar 1 GB. Performa sehari-hari cukup bagus. Tak ada jeda maupun kelambatan yang terlihat nyata untuk penggunaan ala saya (aneka aplikasi jejaring sosial, game-game ringan seperti wonder zoo, dan beberapa aplikasi untuk sketsa). Layar cukup responsif meski resolusi 600x1024 pixels nya nampak tak terlalu halus. GPU nya menggunakan Mali 400 MP.

Tampilan UI tablet berOS android Kitkat ini sepertinya hampir tak ada sentuhan apa pun dari pihak HP-nya kecuali beberapa aplikasi pendukung khas HP. Tampilan android-nya yang polos saja jujur saja sedikit mengecewakan bagi saya yang berharap HP memberikan sentuhan pada UI-nya seperti ASUS. Tapi orang-orang yang menyukai stock android mungkin lebih menyukai tampilan seperti ini.

Sektor multimedia tablet ini dilengkapi kamera belakang dan depan. Kamera belakang 2 megapixels tanpa auto fokus dilengkapi lampu flash. Hasil foto kamera HP 7 Voice Tab ini bagi saya sih nampak jelek sekali, apalagi bila digunakan di dalam ruangan dengan pencahayaan kurang. Kamera depan VGA terlebih lagi bisa dikira-kira hasilnya. Memutar musik juga standar saja sekedar menggunakan Google Play Music. Untuk memutar bermacam jenis file video lebih baik gunakan saja aplikasi pemutar video buatan pihak ketiga.

Secara umum dibandingkan harganya performa HP 7 cukup memuaskan. Satu-satunya keluhan saya mungkin cuma untuk hasil kamera belakang yang sangat menyedihkan. Yah, saya tak mengharapkan kamera sempurna, namun setidaknya bisa memproduksi foto yang sedikit jelas. Oh ya satu lagi keluhan saya adalah aplikasi file manager buatan pihak ketiga seperti ES File Explorer tak bisa menghapus file di memory card eksternal. Tapi hal ini sepertinya karena batasan yang dibuat oleh Google pada OS Kitkat-nya. Dan hal ini diperparah dengan tidak disertakannya aplikasi file manager bawaan oleh pihak HP.

Oh, ya satu lagi keluhan pribadi saya tablet ini belum bisa di root dengan framaroot yang biasanya cukup ampuh untuk root aneka perangkat berotak prosesor MTK. Saya belum mencoba metode root yang lain sih.

Saya baru menemukan sisi positif HP Bali ini selain bentuknya yang relatif cantik : dual speaker yang disematkan ternyata mampu menghasilkan suara yang cukup mantap, cukup terasa stereonya dan relatif jernih.

Saturday 9 August 2014

Personalisasi android dengan Stoic Home

Kebanyakan pengguna android suka memodifikasi perangkatnya, baik dimulai dari tingkat sederhana sekedar mencoba-coba aplikasi hingga tingkat lanjut dengan flashing custom ROM, modifikasi berbagai elemen UI dan lain sebagainya. Saya tentunya termasuk orang yang suka mencoba-coba tersebut. Di antaranya adalah mencoba aneka aplikasi launcher. Launcher adalah cara yang tergolong sederhana untuk merubah tampilan home screen android, relatif tak membutuhkan keterampilan mendalam. Yang diperlukan hanyalah koneksi internet untuk menjelajah Playstore dan mencari launcher yang sesuai selera kita.

Bila dulu di masa saya baru mengenal android saya suka mencoba aneka launcher yang berpenampilan 'meriah' penuh dengan aneka fitur, tidak demikian dengan saat ini. Saya justru mencari launcher yang sesederhana mungkin dengan ukuran sekecil mungkin dan fungsi yang sesuai dengan keinginan saya. Jujur saya sudah muak dengan tampilan layar home penuh aneka widget yang menampilkan macam-macam info. Saya juga enggan menggunakan launcher dengan bermacam fitur personalisasi yang menurut saya tak berguna seperti efek-efek transisi dan lain sebagainya. Launcher penuh fitur seperti itu biasanya juga diikuti dengan pengaturan sedemikian rupa rumit dan banyaknya. Oh ya personalisasi tentulah perlu, namun tak selalu harus sedetil dan serumit itu kan? Kemudian saya menemukan Stoic home, semacam aplikasi home launcher yang sangat sederhana. Sebenarnya aplikasi ini sudah lama ada, sayangnya saya baru saja menyadari 'keindahannya' sekarang. Sedemikian sederhananya aplikasi ini tidak dilengkapi dengan application drawer, tidak mendukung widget ataupun sekedar menaruh icon di halaman standby(sepertinya sih begitu ya, setidaknya sepemahaman saya, kalaupun mendukung saya tak sudi memenuhi layar standby saya dengan aneka icon dan widget :P). APAAAAAA??? Ya, jadi halaman muka benar-benar bersih, hanya wallpaper tanpa dinodai icon ataupun widget. Halaman muka yang bersih ini saya manfaatkan dengan menggunakan live wallpaper. Saya suka menggunakan live wallpaper yang lucu seperti Shui the Kitten atau Fairy Night Garden, atau live wallpaper yang lebih informatif namun tetap sederhana seperti WP clock design. Lalu bagaimana bila kita akan membuka aplikasi? Karena Stoic Home ini tak memiliki application drawer sendiri maka saya terpaksa menginstal Organized Drawer. Organized drawer ini bisa menampilkan seluruh aplikasi yang terinstal atau bisa juga dikelompokkan ke dalam folder-folder sesuai selera. Icon-icon aplikasi di organized drawer ini juga bisa dipersonalisasi dengan file icon kesukaan Anda. Kita juga bisa menyembunyikan aplikasi yang tak ingin ditampilkan. Lalu dengan Stoic Home plus Organized Drawer jadi tak simpel lagi dong? Oh tidak juga. Secara ukuran file pun Stoic Home + Organized Drawer ini kecil sekali : Stoic Home hanya sebesar 36 kb dan Organized Drawer-nya 171 kb. Cukup kecil bukan? :3

Stoic Home ini mendukung shortcuts yang bisa dipanggil dengan beberapa gestures yang tersedia : bisa mengetuk layar sekali atau dua kali, menyapu layar ke atas, bawah atau samping. Nah saya memilih salah satu gesture ini sebagai shortcut untuk membuka Organized Drawer. Tinggal menyapu layar dan masuk ke application drawer. Sangat sederhana dan cepat. Bila tak mau menggunakan application drawer bisa juga memakai aplikasi yang fungsinya semacam side bar berisi semua aplikasi yang telah diinstal. Jadi tinggal menyapu dari satu sisi layar akan muncul barisan aplikasi anda berjajar dari atas ke bawah. Contoh aplikasi semacam ini yang saya gunakan adalah Swapps. Kita bisa memilih aplikasi apa saja yang akan ditampilkan di sidebar tersebut, apakah semua atau ada yang mau disembunyikan.

 

Screenshot_2014-08-09-14-29-08

Ini adalah tampilan layar standby Stoic Home dengan Swapps sedang ditampilkan.

 

Screenshot_2014-08-09-14-29-50

Yang ini tampilan Organized Drawer dengan icon-icon yang dimodifikasi.

Friday 8 August 2014

Smartfren Andromax C2 AD688G

Alasan utama membeli ponsel ini hanyalah bentuknya yang kotak. Sangat minimalis. Walau dalam keadaan 'telanjang' tak terlalu indah dilihat tapi setelah dipasang soft case berwarna cerah 'penampakan'nya sekilas jadi mirip seri Lumia milik Nokia. Alasan lain memilih Andromax C2 ini adalah jaringan smartfren-nya, yang walaupun tak gegas (seringnya sih lemot) tapi cukup murah harga paket internet bulanannya.
Secara spek Andromax C2 ini diotaki prosesor dualcore merk Qualcomm dan RAM 512 MB. Saya sebetulnya tak terlalu peduli dengan segala macam spek dalam bentuk angka ini. Yang penting bagi saya ada performa ketika digunakan sehari-hari. Untuk sekedar berjejaring sosial sih ponsel ini sudah cukup. Kecuali mungkin untuk menjalankan aplikasi Path yang entah kenapa sering 'mental' dan harus login lagi tiap kali saya membuka aplikasinya. Untuk menjalankan game ponsel ini hanya cocok untuk game yang sangat ringan. Beberapa game sederhana pun tak mau diinstalkan via Play Store ke dalam Andromax C2 ini. Game-game lain bisa diinstal dan dijalankan namun sering mendadak menutup sendiri saat sedang dimainkan.
Di sektor multi media tak ada yang menonjol. Kameranya hanya menghasilkan foto ber-resolusi maksimal 3 megapixels itu pun hasil interpolasi digital. Hasil jepretan kameranya biasa saja kalau tak mau disebut jelek. Sektor suara sedikit tertolong dengan adanya dukungan fitur Dolby. Namun tentu saja kualitas suara tergantung pada earphone yang digunakan pada ponsel ini. Untuk keluaran suara via speaker internal sih tergolong pelan dan datar saja.
Kelebihan ponsel Smartfren Andromax saat ini mungkin adalah dibanyaknya komunitas pengguna yang aktif berdiskusi di aneka forum internet dan jejaring sosial, memudahkan untuk mencari info bila terjadi sesuatu pada Andromax C2 Anda. Dan karena kepopulerannya mencari asesoris seperti case dan anti gores cukup mudah di pasaran.

Oh ya, ada satu lagi kelebihan ponsel ini yaitu harganya yang relatif sangat murah. Namun tentunya harga itu bisa dibandingkan lagi dengan kualitas fitur yang tersedia.

Wednesday 16 July 2014

Cyrus Chat T2017

Papan ketik fisik QWERTY. Itulah alasan utama saya membeli ponsel satu ini. Selain itu kameranya lumayan sudah mendukung autofokus dan ada lampu LED untuk notifikasi. Lampu LED notifikasi ini nampaknya seperti hal kecil nan sepele, namun bagi saya sangat penting karena saya tak perlu selalu menyalakan layar bila hanya ingin memeriksa ada notifikasi baru atau tidak. Jaman ponsel BB masih ngetop dulu sepertinya semua tipe BB dari kelas rendahan sampai yang mahal dilengkapi dengan lampu LED untuk notifikasi. Sementara ponsel android rata-rata hanya kelas yang mahal yang dilengkapi dengan LED notifikasi.
Kembali ke Cyrus Chat, secara spesifikasi teknis tak ada yang luar biasa : prosesor dual core Broadcomm, RAM 512MB, internal 4GB. Papan ketik QWERTY nya cukup enak untuk mengetik. Mungkin tak seenak BB seri Bold tapi dibanding mengetik dengan papan ketik virtual papan ketik fisik tetap lebih mantap! Entahlah mungkin saya orang yang kuno, tapi ada sensasi yang sulit dijelaskan saat menggunakan papan ketik fisik. Mengetik di papan ketik virtual sepintas tak perlu menekan, tak perlu tenaga sama sekali, tapi entah kenapa untuk mengetik panjang justru lebih membuat lelah.
Kamera belakang 5 megapixels lumayan sudah dilengkapi autofokus dan lampu flash. Hasil fotonya standar saja, tapi setidaknya tak memalukan untuk sekedar diunggah ke jejaring sosial. Kamera depannya juga lumayan terang untuk sekedar selfie ataupun ber-webcam-ria.
Performa secara umum juga biasa saja sih. Sejak awal membeli saya memang memfokuskan ponsel ini lebih ke chat dan jejaring sosial ringan saja. Selain itu kebanyakan untuk mengetik naskah artikel dan memainkan beberapa game ringan. Dengan layar hanya 3.5" dan resolusi 320x480 pixels saja tentunya ponsel ini kurang cocok untuk game-game berat.

Saturday 21 June 2014

Polytron C283 : ponsel 200 ribuan bisa Whatsapp

Ponsel seharga duaratus ribu rupiahan bisa Whatsapp? Ponsel android murah kah? Atau Nokia S40?

Samasekali bukan. Polytron C283 hanyalah sebuah feature phone biasa tanpa OS terbuka layaknya ponsel pintar. Bahkan mobile java application pun tak bisa diinstal di ponsel ini. Lalu bagaimana ponsel ini bisa menyematkan fitur Whatsapp ? Entahlah. Mungkin ponsel ini memiliki sistem atau OS khusus yang tak banyak diketahui awam. Setidaknya fungsi Whatsapp yang menjadi jualan utama ponsel ini bisa berjalan cukup lancar (asal jangan pakai kartu sim indosat seperti saya, yang dijamin lemot) meski dengan fitur berkesan seadanya, asal terhubung saja. Di luar dukungan Whatsapp ponsel ini memiliki sejumlah fitur khas ponsel lokal eks tiongkok seperti analog TV (yang sayangnya penerimaannya tak begitu bagus), music player, kamera, bluetooth, ebook reader, video player yang bisa memainkan file berekstensi flv dan lain sebagainya. Untuk koneksi internet ponsel ini hanya mendukung jaringan GPRS. Sayang sekali karena browser bawaan ponsel ini sebetulnya cukup bagus dalam menampilkan berbagai situs web, namun dengan kecepatan jaringan GPRS  bisa dibayangkan betapa lemotnya untuk membuka satu halaman web yang kompleks.

Oya di antara menu tersemat sebuah icon bertuliskan 'application'. Saat dibuka ini dimaksudkan sebagai semacam application manager untuk memantau aplikasi yang sedang berjalan. Agak aneh menurut saya karena aplikasi yang bisa berjalan dibackground sepertinya hanya music player dan radio. Apa perlunya membuat satu task manager khusus hanya untuk memantau dua aplikasi yang tak terlalu berguna itu? Entahlah. Sepertinya ponsel ini masih menyimpan banyak misteri yang harus diekplorasi lebih lanjut. Secara tampilan menu dan antarmuka C283 ini sedikit mengingatkan pada Nexian Cappucino dengan menu utama terbagi beberapa halaman yang bisa diganti-ganti efek peralihan antar halamannya. Namun Nexian Cappucino tentu masih jauh di atas ponsel ini karena dia mendukung instalasi aplikasi java, dan memiliki banyak elemen yang mirip dengan android seperti widget di layar standby dan lain-lain, sedangkan C283 ini masih terbilang sangat sederhana. Sejauh ini yang saya ketahui tentang Polytron C283 hanyalah bahwa ponsel ini menggunakan chip Spreadstrum sc6531.

Wednesday 18 June 2014

Polytron C283

Polytron C283

Ponsel non-OS dengan Whatsapp

Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450

Tutup belakang berwarna kebiruan gelap dengan tekstur lembut yang tak licin saat disentuh. Itu lah alasan utama saya membeli ponsel Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450 ini. Tentu saja saya sempat menyimak sekilas spesifikasi teknisnya secara umum : layar dengan diagonal 4,5 inci,processor MTK 6572 dual core 1,3 Ghz, dual camera. Namun selain warna birunya hanya kemampuan kameranya yang membuat saya menentukan pilihan. Hasil kameranya cukup bagus untuk ponsel seharga sejuta rupiah kurang sedikit. Kamera belakang 5 megapixel-nya cukup sigap untuk mengambil gambar dan mudah untuk menentukan fokus yang saya mau, tak seperti ponsel saya sebelumnya Samsung Galaxy Ace 3 yang meski berharga dua kali lipat lebih namun kemampuan kameranya lumayan menjengkelkan. Kameranya juga dilengkapi lampu flash meski cahayanya tak terlalu kuat.
Di luar kamera performa Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450 ini biasa saja. Kadang masih terdapat lag saat membuka beberapa aplikasi. Namun saya rasa wajar karena Samsung Galaxy Ace 3 yang jauh lebih mahal pun sering mengalami hang. Yang saya kurang sukai dari ponsel ini adalah terlalu banyaknya aplikasi yang telah terinstal secara bawaan. Beberapa aplikasi memang bisa dihapus dengan mudah dengan prosedur standar, namun beberapa lainnya diinstal ke dalam sistem sehingga tak bisa dihapus tanpa melalui proses root terlebih dahulu. Untungnya seperti kebanyakan ponsel berprosesor jenis MTK, Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450 ini sangat mudah untuk diroot dan dipasang CWM recovery. Saya pribadi suka  menggunakan ponsel android berotak MTK yang relatif mudah untuk 'dioprek'.
Lalu apa ada keluhan lain di luar tentang performa yang standar saja? Oh ya. Polytron sepertinya kurang memperhatikan ketersediaan asesoris untuk ponselnya. Sulit sekali untuk mencari asesoris seperti anti gores dan softcase ataupun hardcase untuk ponsel ini. Vendor lain seperti Evercoss sudah mengatasi kesulitan mencari asesoris ini dengan memberikan bonus berupa leather case atau hardcase untuk beberapa seri ponselnya. Seharusnya Polytron juga melihat aspek yang terlihat sederhana ini namun kadang sangat mengganggu pemakaian sehari-hari. Tak harus diberikan sebagai bonus, dijual di booth polytron pun pasti laku dibeli oleh para pengguna ponselnya.

Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450

Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450

Front side

Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450

Polytron Rocket Jetz 4.5 R3450

Rear side

Saturday 31 May 2014

Samsung Galaxy Ace 3 S7270

Sebelum saya lupa karena barangnya sudah tak ada di tangan saya lagi, saya harus sesegera mungkin menulis sedikit bahasan tentang Samsung S7270 atau biasa disebut Galaxy Ace 3.

Kenapa kali ini saya memilih Samsung, sang merek sejuta umat, gambaran mainstream ala indon? Bagus kah speknya? Dibanding harganya saya rasa sama sekali tidak. Dengan harga dua juta kurang seribu saat saya beli yang saya peroleh hanyalah sebuah ponsel dengan prosesor dual core milik Broadcomm (bagi saya sih asing merek ini, entahlah), RAM 1 gigabyte, kamera 5 megapixels dengan autofokus dan lampu flash, dan layar sentuh berdiagonal 4 inci. Mengesankan? Sama sekali tidak. Lihat saja merk sebelah dengan spek semacam itu bisa didapat dengan harga hingga sekitar sejutaan rupiah, Tapi kan tidak dapat merk Samsung? Ah, apakah dengan ada tempelan Samsung di tubuh ponsel lantas semua akan bahagia selamanya seperti di dongeng-dongeng? Bagi saya sih tidak. Bahkan dari awal penggunaan dalam keadaan belum banyak aplikasi performa ponsel satu ini sudah berasa kurang. Apakah memang saya keterlaluan memaksa penggunaannya secara berlebihan? Mungkin saja. Saya memang suka mencoba bongkar pasang aplikasi, namun patut dicatat juga bahwa saya tak gemar main game terutama game 3D yang biasanya jadi tolok ukur performa sebuah ponsel masa kini. Bahkan tanpa menginstal satu game pun performa ponsel ini kurang memuaskan.

Kameranya? Biasa saja. Evercoss hello kitty yang berharga kurang dari separuhnya bisa menghasilkan foto yang lebih berkualitas. Music player-nya? Tak istimewa. Yang membuat lebih kecewa lagi adalah kenyataan bahwa ponsel ini terkesan memilih-milih earphone yang bisa digunakan padanya.

Bentuk dan kualitas body? Biasa juga. Tak ada yang menarik. Tipikal ponsel Samsung : membulat dengan sekujur tubuh plastik licin yang kurang enak dipegang berlama-lama, terlebih bila tangan Anda gampang berkeringat.

Jadi sebenarnya apakah alasan saya membeli ponsel satu ini? Ukuran layarnya yang 4 inci kebetulan adalah salah satu kesukaan saya. Lalu kenyataan bahwa mencari asesoris (dalam hal ini aneka case) untuk ponsel ini cukup mudah juga menjadi alasan lain saya memilihnya. Sebenarnya saya juga sempat sedikit terbuai dengan 'kenyamanan semu' yang ditawarkan kepopuleran mereknya. Tapi entahlah, rasanya sugestinya tak cukup kuat bagi saya. :D

Sekedar catatan saya hanya tahan menggunakan ponsel ini sekitar satu setengah bulan sebelum akhirnya saya lepaskan.

 

Samsung Galaxy Ace 3 S7270

OLYMPUS DIGITAL CAMERA OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Tuesday 20 May 2014

LG L1 ii E410

Apakah perbedaan LG e410 dari LG e425? Secara besaran fisik kedua ponsel ini sangat mirip, hanya pada e410 ada sedikit lengkungan pada bagian atas dan bawahnya. OS yang digunakan juga sama : android jelly bean 4.1.2. Prosesor maupun RAM juga sama : snapdragon single core, 512MB. Performa kira-kira sama. Layar resolusinya sama, 240x320 pixel dengan besaran fisik 3 inci pada e410 dan 3.2 inci pada e425. Jadi apa ya beda kedua ponsel ini selain beberapa perbedaan minor seperti disebutkan di atas? LG e410 berkamera 2 megapixel sementara e425 3mp. LG e425 memiliki lampu LED notifikasi di sekeliling tombol home, LG e410 tidak memiliki lampu notifikasi. Layar e425 diklaim IPS LCD, e410 tidak. Tapi sepertinya layar kedua ponsel ini sama buremnya. Lalu apalagi ya bedanya? Oh ya, harganya berbeda terpaut sekitar 100-200ribuan. Meski sepertinya sedikit sekali perbedaan keduanya saya pernah memiliki dua ponsel mungil ini. Layar kedua ponsel ini memang sangat menyedihkan, kecil dan gambar tertampil kasar, namun kedua ponsel ini memiliki satu kelebihan : ukuran yang sangat mungil, sangat mudah dibawa dan digunakan dengan satu tangan.

Tuesday 15 April 2014

cross a7s hello kitty edition

Demikian cintanya saya pada ponsel ini, cross a7s edisi hello kitty, saya sampai membelinya hingga 2 kali. Yang pertama hanya saya sempat saya pakai selama 2 bulanan sebelum amblas digondol oleh maling jahanam. Saya sempat beralih ke lenovo a369i namun hanya bertahan sebulan karena performa kamera yang menyedihkan. Lalu saya putuskan untuk kembali meminang cross a7s edisi hello kitty. Lagi-lagi warna pink yang saya pilih dengan gambar hello kitty di bagian belakang ponsel. Sebenarnya apa yang membuat saya cinta mati pada ponsel ini hingga mau membelinya hingga 2 kali?

Yang pertama tentu saja adalah kameranya. Kamera belakangnya ber-resolusi 8MP cukup mengesankan bila dibandingkan dengan harga ponsel ini yang hanya sejutaan. Bukan hanya resolusinya cukup besar, autofokus-nya lumayan bagus, untuk memotret benda-benda kecil dalam waktu dekat cukup bisa menghasilkan foto yang jelas.

Yang kedua adalah layarnya. Dengan diagonal 4.5" dan resolusi 540x960pixel layar a7s ini cukup nyaman untuk dilihat. 

Yang ketiga adalah dukungan komunitas yang meriah :D Grup facebook yang membahas ponsel a7s ini sangat ramai. Tersedia banyak tips, custom ROM, dan berbagai panduan untuk mengoptimalkan ponsel cross a7s. 

Di luar ketiga hal tersebut di atas secara umum fitur dan kualitas body cross a7s hello kitty saya rasa cukup sesuai dengan harganya. Bila dibandingkan dengan ponsel seharga bermerk 'kelas internasional' seperti lenovo atau samsung saya lebih memilih ponsel ini. :D

Ukuran layar ponsel dan kenyamanan penggunaan

Perkembangan bentuk ponsel dimulai dari ponsel berpapan ketik numerik lalu beralih ke ponsel berpapan ketik QWERTY lalu masa ponsel dengan layar sentuh menjadi saksi bisu betapa ukuran layar ponsel semakin membesar. Pada masa awal ponsel berlayar warna ukuran layar ponsel 1.5 inci dengan resolusi 128x128 pixel adalah hal yang biasa. Di awal 2014 ini ponsel layar sentuh dengan diagonal di atas 5 inci merajalela. Namun benarkah makin besar layar selalu berbanding lurus dengan kenyamanan penggunaan sehari-hari? Sulit untuk menjawab ya atau tidak karena hal ini memang relatif, tergantung pada preferensi masing-masing orang. Karena itu saya akan mencoba membahas menurut apa yang saya rasakan sendiri. Saya sudah pernah menggunakan ponsel layar sentuh dengan aneka ukuran layar : 3", 3.2", 3.5", 4", 4.5", 5", 7". Dengan tegas saya akan menyebut bahwa layar berukuran 7" sangat tidak nyaman untuk digunakan dan dibawa-bawa kemana saja sehari-hari, ya setidaknya bagi saya sih. Mencoba menggunakan sebuah tablet 7" selama perjalanan naik bus transjakarta menuju ke kantor selama kira-kira satu jam saja sudah sangat melelahkan tangan saya untuk menggunakannya. Untuk membaca artikel panjang atau menonton film memang layar 7" enak dilihat, namun bila harus sambil memeganginya sih bagi saya lebih condong menyiksa dibanding menyenangkan. Layar 4.5"-5" masih cukup enak untuk dipegang namun bila harus menggunakan dalam waktu lama akan terasa juga pegalnya. Bagi saya pribadi ukuran yang paling nyaman adalah 3.5" hingga 4". Dengan ukuran layar 4" saya masih bisa mengetik dengan satu tangan dengan setting keyboard virtual dengan susunan QWERTY. Untuk chatting, bersosial media maupun browsing ringan pun masih cukup nyaman dengan layar 4". Dan yang paling penting tangan tak terlalu pegal meski harus memeganginya dalam waktu lama.

Bagaimana dengan Anda? Berapakah ukuran layar ponsel yang terasa paling nyaman untuk Anda? :)

Thursday 13 March 2014

Smartfren xstream ed782a

Dengan bentuk kotak kaku dan papan ketik numerik khas ponsel jadul non smartphone tak ada yang istimewa pada penampakan luar ponsel yang dilock oleh operator smartfren ini. Mendukung jaringan EVDO rev A dan cukup mudah untuk digunakan sebagai modem. Tinggal colokkan ponsel ini ke PC/laptop via kabel usb dan secara otomatis akan terinstal driver san aplikasi untuk menjalankan ponsel ini sebagai modem. Di luar kemampuan di atas apalagi yang dimiliki ponsel ini? Ada kamera 2mp tapi kualitasnya biasa saja kalau tidak mau dibilang jelek. Ada music player tapi keluaran suara baik didengar via speaker built in maupun via headset. Keluaran suara music player via headset nya benar-benar mengecewakan, selain sama sekali tidak terdengar bass-nya, volume juga sangat pelan.
Oh ya, yang sedikit menghibur dari ponsel ini adalah kemampuannya untuk menjalankan aplikasi java. Yah, walaupun sekarang sudah agak sulit untuk mencari aplikasi java yang bagus dan berguna, tapi setidaknya masih ada aplikasi seperti opera mini atau uc browser yang membuat pengalaman browsing di ponsel ini sedikit agak mendingan. Apalagi wap browser ponsel ini sangat tak nyaman untuk digunakan.

Wednesday 12 March 2014

smartfren xstream hotspot em781h

Di banding smartfren xstream yang 'asli' yang non hotspot (ed782a), ponsel smartfren xstream hotspot em781h ini bentuknya agak mirip, cenderung kotak kaku. Tipikal ponsel jadul berpapan ketik numerik dengan layar berdiagonal 2.4” yang di masa kini tergolong sangat kecil. Fitur-fiturnya sudah sangat standar di masa kini : kamera 1.3 mp yang berkualitas seadaanya, music player, radio fm, wap browser dan lain-lain. Keunggulan utamanya tentunya adalah kemampuan ponsel ini untuk menjadi wifi hotspot alias membagikan koneksi internetnya yang mendukung jaringan EVDO rev A ke perangkat lain via wifi. Di luar itu saya hanya akan menyoroti beberapa perbedaannya dengan smartfren xstream non hotspot :

-yang pertama adalah smartfren xstream hotspot ini tidak mendukung instalasi aplikasi java ataupun brew. Jadi Anda tidak bisa menambahkan aplikasi seperti misalnya opera mini ke ponsel ini.

-papan ketik numerik xstream hotspot ini lebih empuk dan lebih nyaman digunakan dibanding xstream biasa.

-music player xstream hotspot ini keluaran suaranya (terutama bila didengarkan via headset) jauh lebih berkualitas dibanding xstream biasa.

-wap browser xstream hotspot ini lebih enak digunakan untuk browsing dibanding xstream biasa.

Tuesday 21 January 2014

lenovo a369i

Saya sangat menyukai acang terutama ponsel. Mungkin terdengar lebay tapi saya merasa hidup saya hampa tanpa ponsel. Karena itu saya sempat amat sangat terpukul ketika ponsel kesayangan saya, evercoss a7s edisi hellokitty, lenyap dari kamar saya. Tak bisa berlama-lama tanpa ponsel saya pun membeli penggantinya. Dengan terburu-buru saya membeli Lenovo a369i. Pertimbangan saya ketika memilih a369i ini hanyalah karena sudah ber-OS jellybean 4.2.2 dan besaran fisik maupun harganya kira-kira tak jauh beda dari evercoss a7s.

Lenovo a369i ini layarnya 4 inci dengan resolusi 480x800 pixels. Kualitasnya standar saja, masih cukup enak dilihat. Namun sayang sepertinya ada masalah dengan sensor sentuhan layarnya, untuk digunakan mengetik cepat kurang enak karena sering terjadi salah pencet. Mengganti keyboard dengan menginstall keyboard virtual buatan pihak ketiga tak terlalu membantu bila tetap memilih susunan keyboard qwerty. Saya terpaksa memilih keyboard dengan layout numerik seperti pada ponsel-ponsel jadul agar bisa mengetik tanpa banyak membuat kesalahan. Untuk menggambar sketsa dengan aplikasi macam sketchbook mobile juga layar a369i ini kurang enak. Untuk menarik garis kadang terputus atau melenceng dari yang seharusnya.

Dari segi software tampilan UI lenovo di atas jellybean 4.2.2 standar sepertinya makin bagus dibanding lenovo lain yang pernah saya pakai sebelumnya yaitu s880 dan a690. Launcher bawaan lenovo ini bila telah kita update sendiri akan terdapat beberapa tambahan fitur yaitu bisa mengunduh tema-tema lain, bisa menginstal berbagai lockscreen dengan animasi yang lucu dan menarik dan masih ada beberapa tambahan lain yang umumnya bersifat kosmetik. Dengan prosesor MT6572A\W 1.3 GHz Dual Core, ram 512 MB, dan memory internal 4 GB tak ada kendala berarti ketika menjalankan berbagai aplikasi standar. Game-game standar seperti subway surfer dan temple run berjalan mulus tanpa lag. Namun entah kenapa beberapa aplikasi jejaring sosial (yang sudah saya coba Path dan Instagram) tak bisa diinstal melalui playstore, selalu ditulis tidak kompatibel dengan perangkat. Namun kita tetap bisa menginstal aplikasi-aplikasi tersebut dengan mengunduh apk-nya dari sumber-sumber lain dan berjalan mulus.
Lenovo a369i ini sepertinya tak dibenamkan GPS didalamnya. Dia hanya dapat mendeteksi lokasi berdasar jaringan operator. Saya curiga ketiadaan GPS ini yang menyebabkan banyak aplikasi berbasis lokasi dikatakan tidak kompatibel oleh playstore.
Baterai a369i berkapasitas 1500mAh untuk penggunaan saya sehari-hari (network 3g selalu nyala/gantian dengan wifi) rata-rata bertahan sekitar 14 jam-an.
Untuk urusan multimedia lenovo a369i ini memang terkesan seadanya saja. Camera 2 megapixels-nya hasil jepretannya bisa dibilang jelek sekali. Dibanding dengan camera ponsel jadul semisal SE k770 pun kalah jauh. Keluaran suara bila diperdengarkan dengan speaker-nya pun tidak bagus, bila volume disetel agak kencang sedikit suara langsung pecah.
Di luar spesifikasi standar tersebut di atas lenovo a369i cukup mudah untuk di-root menggunakan aplikasi framaroot yang memudahkan untuk mengopreknya lebih lanjut.
Kesimpulan saya tentang lenovo a369i ini sebetulnya pada umumnya cukup memuaskan, sesuai dengan harganya yang sekitar Rp 999.000,00 saat saya beli. Namun jeleknya hasil kamera sedikit mengganggu kepuasan menggunakannya. Mungkin saya agak lebay namun bila dibandingkan dengan evercoss a7s yang harganya hanya sedikit lebih mahal (saya beli Rp 1.085.000,00) kamera lenovo a369i sangat tertinggal jauh sehingga ada sedikit rasa tak puas.

Tuesday 7 January 2014

LG L3 ii e425

bentuk--> sangat imut dengan bentuk kotak yang sangat simple. nyaman dipegang dan digunakan dengan satu tangan. inilah alasan utama saya membeli ponsel ini.

layar-->dimensi imut berimbas ke layar yang juga mini. dengan fisik berdiagonal 3.2" dan resolusi 240x320 tampilannya sangat tidak nyaman untuk dilihat berlama-lama meskipun diklaim IPS lcd, utamanya font-nya yang jadi terkesan tampak tidak rapi dan pixelated sekali. saya sih segera menginstal font pilihan saya sendiri utk menyiasati hal ini. selain itu untuk mengatasi kecilnya layar saya selalu mensetting keyboard virtual-nya ke mode numpad (seperti di ponsel-ponsel jadul sebelum era QWERTY) karena lebih mudah untuk dioperasikan dengan satu tangan. untungnya keyboard bawaan LG cukup bagus dan nyaman.

kamera-->3mp cukup bagus untuk ukuran 3mp. warna tertampil cerah. tapi karena tanpa adanya autofokus jangan harap bisa memfoto obyek dengan jarak sangat dekat. selain itu juga tak tersedia lampu flash. 

audio-->tak ada speaker khusus untuk ringtone. semua suara via speaker yang juga utk menelpon. music player LG cukup fungsional tp keluaran suaranya biasa saja walau didengar via headset

OS-->android 4.1.2, dengan sentuhan UI khas LG. Launcher bawaan LG ini mendukung themes, bisa ganti-ganti icon dengan mudah bahkan dengan foto milik sendiri.

Performa-->biasa aja. banyak aplikasi yg tidak kompatibel bila mau instal dari playstore seperti path, tapi bisa diinstal dg menginstal installer apk-nya

samsung galaxy tab ii p3110

OS --> pada saat beli android 4.1.1 tapi sudah saya upgrade sendiri menjadi 4.2.2. menggunakan firmware edisi UK.

layar --> 600 x 1024 pixels, 7.0 inches. dilihat dg mata awam biasa aja, ga bagus banget, tapi juga ga jelek. kepekaan terhadap sentuhan standar, dengan jari cukup nyaman, tapi entah kenapa tak terlalu peka dengan stylus adonit jot

battery--> 4000mAh, bertahan seharian dengan wifi nyala terus

camera-->3mp, tanpa auto fokus, tanpa flash. cukup lumayan sih warnanya untuk sekedar di upload ke jejaring sosial

performa--> dengan processor dualcore 1ghz standar aja. sekedar menginstal dan memainkan game-game standar seperti temple run, subway surfer tak ada masalah. saya juga tak begitu suka game-game 3d.

UI--> touchwiz UI khas samsung. cukup mudah dimengerti dengan beberapa tambahan di luar bawaan android vanilla seperti kemudahan utk menginstal dan mengganti font, smart stay dll. tapi samsung terlalu banyak menyisipkan aplikasi yang bagi saya tidak berguna seperti music hub, game hub dll.

konektivitas-->wifi, bluetooth, usb dengan kabel bawaan samsung. ini dia yang saya kurang suka : kabel dg colokan khusus samsung bukannya micro usb standar.

rooting dan flashing--> musti terhubung dg PC via aplikasi odin. tapi ketersediaan custom ROM memang sangat banyak mengingat kepopuleran samsung.

Friday 3 January 2014

lenovo a690

body--> kokoh dengan backcover bertekstur yg cukup nyaman dipegang. cukup mudah cari case yg khusus utk type ini

OS-->android gingerbread 2.3.6--> sudah bisa menjalankan BBM

camera-->3mp fixed focus, whaddaya expect?

suara-->standar aja. go get alternative music player!

performa-->memory internal terlalu kecil. no fatal lag or freezing though

layar-->4" resolusi 480x800pixels sudah cukup bagus utk harganya, sensitifitas cukup bagus

root--> via flashing

Batere-->dipakai terus menerus tahan 6-10jam-an

polytron rocket s2350

OS android 2.3.6 (sampai saya jual belum ada kabar update OS baik resmi maupun tak resmi).-->

Camera 2mp --> parah, penuh bercak seperti lukisan cat air, nyaris tiada detail.

Suara-->lumayan, bisa diakali dg player pihak ketiga.

performa-->memory internal sangat kecil, setelah instal beberapa aplikasi sosial media langsung ada peringatan low memory dan tak bisa instal apa2 lagi.

layar-->3.5" resolusi 320x480 cukup bagus mengingat harganya yg sangat murah

body-->sangat glossy, licin dipegang, tak ada case khusus utk seri ini tp bisa diakali dg menggunakan jellycase utk samsung galaxy ace 2 (letak lubang2 utk earphone dll tidak pas, hanya letak camera yg sama)

root--> agak susah, musti melalui proses flashing, silakan gabung grup pembahasannya di facebook

Custom rom-->sepertinya belum ada (setidaknya ga ada yg ok :D )

batere-->bertahan dari pagi hingga sore pulang kerja (jam kantor)

goodbye my hellokitty

belum lagi sempat di-review, ponsel kesayangan saya evercoss a7s hellokitty edition raib, hilang lenyap karena keteledoran saya tidak mengunci pintu kamar.

saya sudah sering naik bus, angkot, maupun kereta yang penuh sesak dan tak pernah kehilangan ponsel. eh malah di rumah sendiri ponsel saya raib. padahal secara fitur ponsel ini cukup lumayan dibandingkan harganya yang hanya sekitar 1,1jutaan. Layar 4.5" IPS, dual sim yg 2-2nya bisa di-set hsdpa, dual camera (belakang 8mp autofocus+flash) yg lumayan, android jellybean 4.1.2, processor dualcore.

Menggunakannya selama sekitar 2 bulanan saya cukup puas. tiada gejala laggy (saya bukan gamer sejati). Tak ada bugs yang mengganggu kecuali baterainya yang lumayan boros. tapi memang baterainya hanya sekitar 1500 mAh-an tidak mencukupi dibanding fitur-fitur yang dibawanya.
Dukungan komunitas dengan forum-forum diskusi yg membahasnya di dunia maya sangat banyak, custom ROM tinggal pilih sesuai selera. me-root-nya juga sangat mudah.Layar sentuhnya sangat enak saya pakai untuk membuat sketsa-sketsa via aplikasi sketchbook mobile.

Jujur alasan saya membeli ponsel ini hanya karena ponsel ini tampil dengan ornamen hellokitty berlisensi resmi Sanrio (katanya). :D