Thursday 25 October 2007

sonyericsson k550i

SE k550i ini termasuk keluarga cybershot. Jadi mustinya hasil fotonya memuaskan. Reaksi kameranya cepat. Hasil fotonya lumayan bagus. Auto fokus juga berkerja baik. Pokonya untuk ukuran kamera hape sih memuaskan deh.
Layar dengan resolusi 176x220. kali ini tampak cerah dibanding layar k610i. Mungkin karena jenis layarnya yang TFT. Navigasi dalam menu cukup cepat. Begitu juga saat membuka aplikasi. Akses ke memory card pun cepat.
Tapi ada satu kekurangan k550i yang cukup fatal dan amat sangat mengurangi nilainya secara keseluruhan yaitu keypadnya yang aneh, berbentuk tonjolan tipis-tipis yang sangat tidak enak ditekan dan sering menyebabkan salah ketik. Mengetik sms menjadi sangat menyiksa.

sonyericsson k310i

Liburan panjang dan mudiknya saya ke jogja dimanfaatkan oleh orangtua saya untuk meminta saya mengantarkan membeli sebuah ponsel baru bagi ibu saya. Kriterianya sebenarnya sederhana : harga maksimal satu juta rupiah, fitur minimalis tapi tidak kampungan banget(hehehe), dan yang pasti gampang digunakan. Sempat terpikir L6i seperti milik kakak saya. Tapi ayah saya tidak setuju karena dianggapnya L6 terlalu tipis untuk ibu saya yang cenderung ceroboh(hohoho, sorry, mom).
Akhirnya ada pilihan SE k510i,k320i dan k310i. Ayah saya lebih cenderung ke k320i. Kami sempat pergi ke pusat perdagangan ponsel di jogja. Bertanya ke suatu toko didapat : k510i langka dan harganya diatas sejuta, k320i hanya ada barang seken itupun harganya hanya berbeda sedikit dari harga baru dari SE yang tertera di iklan di koran, k310i juga harganya sedikit dibawah k320i yang membuat saya ragu.
Akhirnya kami beralih ke Customer care resmi SE yang juga melayanaipenjualan. Yang ada hanya k310i. Namun minimal harganya standar dan keaslian barang lebih terjamin.
Secara fitur k310i mirip sekali dengan z530i yang pernah saya miliki. Resolusi maupun jenis layar sama : UBC 128x160pixels yang tampak pucat dan kasar.
Fitur-fitur lain sama persis kecuali ketiadaan bluetooth dan slot memory eksternal pada k310i.
Satu keunggulan k310i dari z530i saya rasa pada kameranya. Sama-sama kamera VGA namun reaksi kamera k310i dalam menagkap gambar sangat cepat dan hasil jepretannya sangat jernih meski berada di dalam ruang yang hanya berpenerangan lampu tidak terlalu terang.
Fitur lainnya saya rasa sama persis jadi tidak perlu dibahas lagi. Hehehe.

motorola w170

Beberapa lama bertahan untuk tidak menggunakan ponsel cdma. Toh saya tergoda juga dan memilih motorola w170.
Bentuknya mungil dan cukup tipis. Layarnya masih monokrom dengan backlight biru yang berkesan agak gelap. Tombol keypadnya keras dan sulit ditekan. Ber sms dengannya membuat jari-jari capek.
Ringtonenya sudah polifonik tapi suaranya terdengar agak aneh,entah karena pilihan file midi yang dibenamkan ke dalamnya atau karena support channel polifoniknya yang rendah.
Tak ada yang menarik di dalamnya. Paling-paling keberadaan radio fm yang baru muncul di menu saat headset dicolokkan ke port audionya.
Ada satu fitur yang sampai sekarang masih membuat saya penasaran yaitu BREW. Tapi karena operator cdma di indonesia sepertinya belum ada yang mendukung fitur tersebut jadi sia-sialah keberadaannya.
Ponsel ini cukup lama bertahan dalam kepemilikan saya(hahaha),lebih dari 6 bulan, sebelum akhirnya saya jual kepada teman kantor teman saya.

samsung c140

Keinginan memiliki 2 hp gsm sebenarnya sudah agak lama muncul. Hal ini dikarenakan banyak orang yang dekat dengan saya menggunakan kartu sim simpati, sementara saya menggunakan kartu im3. Saya menggunakan im3 karena saya butuh konektivitas gprs nya yang mudah digunakan dan cukup murah(dibanding operator gsm lain).
Melihat iklan ponsel-ponsel low end baru samsung ada beberapa yang cukup menggoda. Sebetulnya saya tertarik dengan samsung c130 namun sewaktu menanyakan ke dealer resminya katanya sudah tidak ada. Pilihan saya lalu beralih ke c140. Pertimbangan saya memilihnya selain murah adalah layarnya sudah berwarna, lalu saya baca di brosur yang dikeluarkan samsung tertulis bahwa dia support GPRS dan java application. Sewaktu pertama mencobanya saya sempat terkejut karena saya tidak menemukan folder game dan aplikasi. Dan ternyata memang tidak ada!
Toh saya membelinya memang sekedar untuk sms dan telepon. Ada gprs pun sebetulnya sudah cukup beruntung untuk mendowonload gambar dan ringtone. Untuk masalah personalisasi ini saya emilih jalan meng-upload gambar dan ringtone yang saya inginkan ke situs wap pribadi saya dengan ponsel gsm saya yang satunya lalu mendownloadnya dengan c140 karena gprs adalah satu-satunya konektivitas yang dimiliki c140.
Suara ringtone(hanya support midi sepertinya) cukup jernih. Layarnya pun cerah, berjenis ufb dengan resolusi 128x128pixels. Bentuknya pun cukup elegan meski berharga di bawah 500ribu.
Yang jelas, menggunakan c140 saya merasa nyaman, tak ada perasaan waswas meski harus menggunakannya di keramaian.

nokia 3110classic

Meski sudah memaki-maki nokia dan menyatakan bahwa e50 adalah nokia terakhir saya, nyatanya saya mengingkarinya dengan membeli nokia 3110classic.
Kali ini tidak ber symbian dan cenderung minimalis.
Layarnya hanya 128x160 pixels, meski tertolong dengan kedalaman 262k warna dan memang tampilannya cukup cerah walau agak kasar.
Kameranya 1,3mp, cukup bagus untuk memfoto di luar ruang, tapi begitu masuk ke dalam ruangan, meski ruangannya berlampu cukup terang, banyak bagian gelap yang muncul di hasil jepretan. Hasil rekaman videonya juga parah.Saya bandingkan hasil kameranya dengan SE k310i yang notabene masih vga di dalam ruang jauh lebih bagus hasil jepretan k310i.
Soal suara cukup bagus dan jernih. Music playernya juga lumayan walau sayangnya tidak bisa membuat playlist dari ponsel.
Aplikasi java juga disupport dengan cukup baik. Semua standar dan tanpa keluhan kecuali soal resolusi layar yang membuatnya tidak bisa memainkan banyak game menarik yang sekarang umumnya ber resolusi 176x220 ke atas.
Satu hal yang menarik dari 3110c adalah adanya messenger bawaan yang support yahoo dan bisa berjalan di background. Sangat menolong mengingat 3110c tidak support multitasking aplikasi java macam ponsel-ponsel baru SE. Lalu ada juga aplikasi yahoo go yang walau tampilannya menarik, sebenarnya tidak begitu penting. You won't die without it, hahaha.
Kelebihan lainnya dari 3110c adalah konektivitas kabelnya menggunakan mini usb standar. Lalu port audionya menggunakan port 2,5mm dengan mencolokkan converter 2,5mm ke 3,5mm saya bisa menggunakan earphone standar(3,5mm) yang saya sukai.

Wednesday 24 October 2007

nokia e50

Membaca-baca artikel di sebuah situs tentang ponsel yang membahas tentang platform smartphone nokia yaitu symbian 3rd edition, saya jadi tertarik untuk mencoba platform baru tersebut yang salah satu aplikasinya dipuji-puji kinerjanya dalam menampilkan file-file office. Aplikasi yang berbasis symbian 3rd edition ini bahkan disebut-sebut dalam beberapa aspek dapat menampilkan file office dengan lebih baik dibanding aplikasi yang terdapat pada OS windows mobile 5.0. Saya langsung membuka-buka halaman web, mencari kandidat ponsel baru yang bersymbian 3rd edition dan sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan saya(antara lain terjangkau kantong. hahaha). Rata-rata ponsel dengan OS ini masih berharga mahal. Bahkan nokia yang masih ber OS symbian versi sebelumnya macam n70 pun ketika itu masih cukup mahal. Akhirnya saya menemukan e50. Satu-satunya ponsel nokia ber symbian 3rd edition yang berharga sekitar 2 jutaan ketika itu. Meski tanpa 3G(yang toh nyaris tidak pernah saya gunakan), namun fitur-fitur lainnya cukup lumayan. Layarnya sudah ber resolusi 240x320pixels, sama seperti n73, meski secara fisik sedikit lebih kecil, namun justru karena lebih kecil ukuran fisik layar nya justru membuat tampilannya terkesan lebih padat.OS nya jelas telah ber symbian 3rd edition,walau karena barunya justru agak lebih sulit menemukan aplikasi-aplikasi untuknya dibanding symbian versi sebelumnya. Namun saya segera menemukan yahoogroup khusus pengguna nokia e50 yang banyak memberikan tips & trick dan tak lupa berbagai gratisan untuk di download dan di install di nokia e50 saya yang baru. Pergerakan dalam menunya cukup cepat, jarang mengalami kelambatan seperti yang pernah saya alami ketika mencoba menggunakan nokia 6600.
Tampilan menunya juga cukup menarik,apalagi setelah saya install berbagai themes baru yang aneh-aneh. Hehehe. Dari segi kamera biasa saja, kameranya sekedar 1,3mp dengan kemampuan standar saja. Segi audio juga standar. Keluaran suara ringtone lumayan menurut standar nokia(hehehe,nokia-nokia sebelumnya yang aku pernah denger rata-rata cempreng abis). Namun semua kemampuannya yg rata-rata itu tertutupi dengan kehadiran OS symbian 3rd edition didalamnya. Beragam aplikasi bisa diinstal. Ada aplikasi untuk mengedit-edit foto. Berbagai player musik dan video dengan tampilan yang atraktif. Salah satunya ada yang lengkap dengan tampilan album art, lirik, visualisasi dan banyak lagi. Lalu ada player video dari divx yang membuat e50 saya bisa memainkan file avi yang kualitasnya jauh lebih bagus dari sekedar 3gp atau mp4.
Itu baru dari segi hiburan. dari sisi kantoran seperti sudah disebutkan, e50 saya bisa membuka berbagai file office dan mengeditnya. Lalu ada juga adobe pdf viewer. Flash player. Membuat theme langsung di ponsel pun bisa dilakukan.
Banyaknya aplikasi yang bermunculan tiap kali membuat tidak ada bosannya bagi saya untuk mengeksplorasi e50 saya tanpa perlu susah-susah 'mengoprek' dengan cara-cara 'diluar standar'.
Namun 'kebahagiaan' yang saya peroleh dalam menggunakan e50 ini ternyata semu. Kurang lebih 2 bulanan setelah dibeli, e50 saya mendadak mengalami gangguan pada speaker ringtonenya. Sebenarnya bukan 'gangguan' lagi, tepatnya mati total(speakernya).

berikut kronologis keluhan saya berkenaan kerusakan pada nokia e50 seperti yang saya tulis waktu itu dengan maksud akan saya kirimkan ke media massa melalui surat pembaca(namun akhirnya tidak jadi karena keburu ditelpon oleh nokia):

Tanggal 12 Mei 2007, saya datang ke nokia customer care center di mampang(atau warung buncit??), setelah mengantri cukup lama, kira2 2 jam lebih, saya baru bisa berbicara dengan customer service officer, memberitahukan keluhan saya ttg speaker ringtone nokia e50 saya yg tidak bersuara dan tentang seringnya hang, setelah menunggu sementara handset saya dicek kondisinya. setelah dicek didapati bahwa speaker ringtone nokia e50 saya memang rusak. dengan ringannya si officer berkata,'speakernya memang sudah jelek, pak'
dalam hati saya berpikir,' wah, setahu saya, saya beli hape ini baru sekitar 2 bulan dipakai dan bergaransi resmi kok, terbukti waktu si officer itu tadi mengecek imei handset saya ada di database nokia indonesia dan memang masih garansi. apa itu berarti memang nokia menjual barang jelek dan gampang rusak?'. ya sudah, lalu si officer berkata bahwa speakerna harus diganti. tapi, sayang sekali saat itu sedang tidak ada stock speaker untuk handset saya(yah, mungkin memang karena handset saya tipe yang nggak begitu laku ya jadi spareparts nya nggak ada stock), dan saya harus menunggu 2 minggu lagi sampai ada stock!!!tapi tetap saja saya agak tidak bisa mengerti kenapa vendor sebesar nokia sampai kehabisan stock dan harus menunggu selama itu. akhirnya hari itu handset saya hanya di upgrade firmware supaya lebih stabil(katanya).
tanggal 26 mei 2007 saya kembali datang ke nokia mampang untuk mengganti speaker ringtone saya yang tidak berfungsi. seperti biasa menunggu dulu sekitar 2 jam-an sampai bisa 'menghadap', lalu menunggu lagi 1 jam-an menunggu perbaikan. setelah perbaikan speaker ringtone hape saya sudah berbunyi lagi, walau rasa2nya tidak sebagus sebelum rusak dan diganti.
kira2 2 minggu kemudian handset saya mulai menunjukkan gejala2 aneh lagi pada speakernya. gejala2nya sama seperti saat mau rusak yg sebelum diganti speaker, yaitu sering mendadak mati, terutama bila membunyikan ringtone agak lama(bukan bunyi ringtone pendek seperti penanda sms). puncaknya, tanggal 8 mei 2007, speaker hape saya mati hampir seharian.
tanggal 9 mei 2007, saya kembali membawa handset saya ke nokia mampang, untuk mengadukan keluhan seperti tersebut di atas. kata officer nya, handset saya harus ditinggal selama seminggu untuk didiagnosis karena gejalanya intermitent atau munculnya sekali2.
tanggal 16 mei 2007, saya(lagi2) ke nokia mampang untuk mengambil handset saya. ternyata sang officer berkata bahwa ada komponen lain yg rusak, yaitu antena speaker(apapun bendanya itu), dan LAGI2 harus menunggu pengadaan spare part selama 2 minggu!!!!
terus terang saya agak bingung harus kecewa pada nokia sebagai produknya atau kepada pelayanan after sales nya. saya rasa kedua2nya. saya membeli produk nokia karena percaya sebagai vendor besar pasti berusaha menjaga nama baiknya dan selalu terdepan dalam teknologi maupun pelayanan. kenyataannya, saya hanya mendapat barang jelek yg gampang rusak(mengingat baru saya pakai selama kurang lebih 2 bulan, dari waktu saya membeli sekitar akhir maret 2007) dan pelayanan yang lama, tidak efisien dan bertele2. saya jadi dirugikan baik dalam hal waktu, materi, tenaga, dan banyak lagi. kalau memang seri handset yg saya beli itu seri yg gagal dipasaran lalu kenapa tetap dirilis oleh pihak nokia? atau memang saya yg tidak beruntung mendapat produk yg cacat? tapi berarti quality control nokia lemah sekali hingga barang seperti itu bisa lolos ke pasaran. apapun alasannya, yang jelas menurut saya nokia benar2 mengecewakan dalam hal produk dan pelayanan. apakah ini yang dimaksud teknologi yang mengerti anda?

sonyericsson k610i

Sebagai pengganti E1 yang kelamaan dirawat inap di service center motorola, saya membeli sonyericsson k610i. Walau bentuknya relatif kecil, namun fitur yang dibawanya cukup lengkap. Sudah support jaringan 3G dengan kamera depan untuk video call, kamera utamanya 2mp,ada slot memory eksternal(walaupun pakai m2/memory stick micro yang relatif mahal harganya),player musik yang lumayan. Namun sebenarnya hal yang paling menarik dari K610i adalah dia dapat menjalankan beberapa aplikasi java sekaligus. Jadi kali ini hampir menyerupai multi tasking sesungguhnya. Bukan sekedar player musik saja yang bisa berjalan di background seperti ponsel lain pada umumnya. Satu hal yang sepertinya sampai saat blog ini diketik(akhir oktober 2007) belum dapat dicapai oleh ponsel-ponsel berbasis java rilisan nokia maupun motorola(tidak termasuk yang dioprek, dan juga kategori smartphone). Menyenangkan juga bisa menjalankan beberapa aplikasi java sekaligus,meski sebenarnya tidak terlalu sering dibutuhkan. Paling-paling kemampuan ini digunakan saat ingin menjalankan messenger, music player bikinan pihak ketiga, dan e-book reader secara bersamaan. Namun bagaimanapun juga prestasi sonyericsson dalam hal ini patut mendapat pujian.
Di luar kemampuan java nya yang cukup luar biasa, fitur-fitur lain yang ada pada k610i cukup standard. Kamera 2mp nya memang bagus bila digunakan menjepret di luar ruang pada hari cerah. Namun di dalam ruang, hasil fotonya tidak begitu bagus. Noise begitu banyak berceceran di hasil foto indoor. Tapi minimal reaksi kameranya sangat cepat.
Di segi player, cukup lumayan walau terus terang secara pribadi saya tidak begitu suka tampilan player pada ponsel-ponsel sony ericsson.(sebenarnya tidak begitu suka pada tampilan menu keseluruhan dari ponsel-ponsel sony ericsson, yang entah kenapa memancarkan aura yang membosankan. But then again, it's a personal taste). yang jelas saya belum bisa menjajal kemampuannya secara maksimal mengingat saya belum memiliki memory card untuk menyimpan file-file lagu dalam jumlah besar. Memory internalnya hanya sekitar 16MB.
Dari segi video call, tampilannya biasa saja karena layarnya tidak begitu besar dan layar TFD nya entah mengapa agak pucat meski berkedalaman 262k warna.

Tuesday 23 October 2007

motorola rokr e1

Setelah salah mengambil keputusan dengan membeli sonyericsson z530i, saya mulai berpikir untuk mengganti lagi ponsel saya. Sempat terpikir untuk membeli L7 lagi. Tapi rasanya sia-sia. Harga barunya masi lumayan tinggi dan saya sudah pernah merasakan memakainya. Tapi saya tetap menginginkan motorola. Akhirnya saya beli motorola ROKR E1. Meskipun ponsel yang satu ini lebih banyak dicaci daripada dipuji dan dianggap sebagai produk gagal, namun keberadaan iTunes didalamnya cukup menggoda untuk dicoba.
Akhirnya saya beli rokr e1. Bentuknya hampir identik dengan e398 kecuali keypadnya yang bertambah satu tombol untuk meng akses itunes dan warna bodinya yang kini putih glossy. iTunes yang ada di dalamnya benar2 sekadar pemutar musik bertampilan bagus belaka. Selain itu kinerja iTunes nya yang lelet sempat membuat saya kecewa. Namun saya segera teringat dengan stock iTunes-iTunes jadi-jadian untuk L7 saya. Dengan harap-harap cemas saya ganti iTunes bawaannya dengan iTunes multifungsi bikinan seorang motolover.
Gagal!
iTunes di rokr e1 saya malah tidak mau berfungsi sama sekali. Sempat panik dan bingung harus bagaimana. Namun setelah beberapa kali mencoba menginstal iTunes dengan berbagai versi akhirnya iTunes dapat kembali bekerja dengan baik di E1 saya, kini dengan berbagai fitur tambahan dan tidak lagi selelet iTunes bawaannya.
Secara dalaman, E1 ini lebih mendekati L7 meski bentuknya nyaris identik dengan e398. fitur-fitur secara umum mirip dengan e398, seperti kualitas suara, kamera. Oya kamera e1 kini juga bisa merekam video, tidak seperti e398(yang belum dioprek) yang hanya bisa memainkannya.
sebenarnya secara umum saya cukup puas dengan kinerja e1, namun apa mau dikata, baru sekitar 2 bulan dipakai, e1 saya mengalami gangguan pada keypad. Akhirnya saya masukkan e1 saya ke service center motorola. Kira2 3 mingguan baru selesai. Itupun saya harus berulangkali menelpon terlebih dahulu ke service center tersebut. Saat saya mencobanya keypadnya memang berfungsi normal, namun joysticknya jadi seret dan gerak ke atas jadi tidak berfungsi. Langsunglah saya masukkan lagi untuk diservis. Saya sudah benar-benar dongkol saat itu. Ketika akhirnya ROKR E1 saya beres satu bulan kemudian, saya telah membeli ponsel baru, sonyericsson k610i. Itupun E1 saya terima dalam keadaan lecet-lecet, padahal ketika saya masukkan ke service center bodinya masih mulus.

sonyericsson z530i

Satu kecelakaan berbuntut dengan pergantian handphone. Hahaha. Nggak ada hubungannya yah?
Dalam hal ini kecelakaan yang dimaksud memang berkenaan dengan ponsel. Si langsing L7 kemolekannya bak pedang bermata dua. Badannya yang kurus dan mulus ini kadang terasa licin dipegang. Terutama saat permukaan tangan agak lembab. Nah, suatu pagi sewaktu berjalan menuju kantor, saya dikejutkan oleh bunyi penanda masuknya sms. tergesa saya mengambil si L7 yang berada di saku baju, entah mengapa L7 meluncur lepas dari tangan saya dan jatuh bebas menghantam trotoar. 'Aaargh!' saya menjerit dalam hati. Dengan waswas ku ambil L7ku tersayang yang tergeletak pasrah di permukaan trotoar yang kasar dan kotor. Ku tekan-tekan tombol keypad nya, berfungsi normal. Layarnya masih utuh tanpa goresan. Bodi nya sekilas juga tak ada goresan, hanya agak kotor. Tapi nanti dulu, di sekujur sisi kelilingnya, nampak goresan-goresan kasar pada lapisan catnya. huhuhuh.
Singkat cerita, setelah kejadian tersebut, saya lalu dengan buru-buru menukarkannya dengan sonyericsson z530 yang berbentuk clamshell. Suatu keputusan yang terburu-buru dan salah sebenarnya. Mengingat secara fitur tak ada yang baru dari z530 dibandingkan L7. Yang ada malah penurunan di berbagai sisi. Layar z530 hanya ber resolusi 128x160pixels dan berjenis UBC (katanya sih sejenis CSTN tapi lebih bagus)yang tampak amat pucat dan kasar. Dari sisi suara juga z530 lebih cempreng walaupun tak separah suara siemens cx75. Kamera walaupun sama-sama berjenis VGA namun hasil kamera z530 kalah jauh dengan hasil jepretan L7, baik di layar handphone maupun setelah ditransfer ke pc. Soal memory slot kembali z530 mengecewakan. Seperti kebiasaan ponsel-ponsel sonyericsson yang menggunakan memory stick yang khusus dan berharga jauh lebih mahal daripada micro sd pada motorola. Konektifitas via kabel data juga dimenangkan oleh L7 yang menggunakan kabel mini usb standar.Satu-satunya kelebihan z530 mungkin hanya adanya port infra red. itu pun jarang saya gunakan karena kecepatan transfer datanya sangat rendah. Oya, satu lagi kelebihan z530 adalah bentuknya yang lucu saat dalam keadaan tertangkup.

Monday 22 October 2007

motorola slvr L7

Dari siemens kembali ke motorola.
Setelah beberapa lama bertahan dengan 'si kepala peyang', akhirnya aku tergoda oleh kemolekan si langsing motorola slvr L7. Sebenarnya dari segi fitur tidak jauh berbeda dari siemens cx75. Dalam beberapa hal malah kalah, seperti kamera yang masih vga dan akses file internal oleh aplikasi java. Keunggulan L7 yang terlihat dalam daftar komparasi hanyalah layarnya yang ber resolusi 176x220 dan tentu saja bentuknya yang tipis dan sexy. Namun saya ingat saat akan 'menukar tambahkan' cx75 dengan L7, ketika dibandingkan suara ketika melantunkan ringtone terlihat jelas keunggulan motorola. Suara cx75 begitu cempreng tanpa bass. L7 walau tidak ber speaker ganda layaknya e398, cukup mampu menyuarakan file-file audio dengan baik. Lalu dalam hal kamera,siemens cx75 yang berkamera 1,3megapixel tidak mampu menunjukkan hasil foto yang lebih baik daripada L7, sering bahkan terlihat lebih baik hasil tangkapan kamera L7, setidaknya yang terlihat di layar viewfinder.
Sebenarnya secara 'daleman'nya, tidak ada perbedaan yang mencolok dari L7 dengan motorola e398. Kalaupun ada perbedaan yang terasa itu terutama disebabkan oleh tampilan layar L7 yang tampak begitu memukau(pada masanya tentu saja). Layar yang bagus ini sangat membantu dalam meningkatkan kesan kinerja kameranya yang sebenarnya biasa-biasa saja(masih vga gituloh),karena hasil jepretan kameranya jadi terlihat kinclong di layarnya(padahal saat dibandingkan di pc tentu saja hasil jepretan cx75 masih menang dalam menampilkan detil-detil meski kadang warnanya terlalu pucat).
Dalam hal pemutar musik juga masih seperti yang terdapat di dalam motorola e398. Pemutar musik berbasis java nya tidak bisa diputar di background, walau kini proses loading nya tidak se lemot di e398. Untuk memutar musik di background tinggal gunakan folder audio di gallery nya.
Tapi apakah hanya itu kelebihan si cantik ini?
Nanti dulu, L7 versi amerika yang di bundle oleh operator tertentu ber fitur kan iTunes seperti layaknya motorola ROKR e1. Tapi yang masuk ke indonesia tentu saja tidak, seperti juga yang masuk ke negara-negara lain. Tapi apakah lalu para MOTOLOVERS menyerah begitu saja? ya nggak lah. Wong e398 yang secara teori(dan praktek) lebih susah aja bisa mereka sulap jadi bagaikan e1 yang ber iTunes. Untuk L7 ini proses instalasi iTunes nya tidak begitu sulit. Hampir sama seperti menginstal aplikasi java pada umumnya. Yang agak ribet hanyalah membuat shortcut untuk menampilkan menu iTunes. Walau begitu prosesnya amat sangat jauh lebih sederhana daripada proses penyulapan e398 menjadi e1 yang sampai memerlukan flashing firmware. Toh saya sempat ketir-ketir juga waktu mengutik-ngutiknya. Tapi kesulitan yang saya hadapi sebenarnya lebih dikarenakan saya belum menemukan versi iTunes yang cocok(dan berbahasa inggris! karena kebanyakan dalam bahasa rusia). Adanya iTunes jadi-jadian di dalamnya membuat L7 jadi makin berdaya karena fitur yang dibawa bukan sekedar pemutar musik, tapi juga file explorer,text editor, voice recorder, contact back up to memory card, dan beberapa lainnya yang saya sudah lupa. Saya jadi tidak kepingin lagi dengan iPod nano yang juga langsing itu. Toh L7 saya lebih sexy, ber iTunes, dan bisa buat telpon pula!
Tapi dalam hal akses file internal oleh aplikasi java motorola tetap kalah dengan siemens, motorola baru bisa melakukannya dengan bantuan motomidman yang berarti kita selalu tergantung keberadaan PC untuk menginstal java applications yang membutuhkan akses file internal.

Tuesday 9 October 2007

siemens cx75

Dari motorola kembali ke siemens. Kali ini siemens cx75. Bentuknya aneh dengan puncak(kepala) yang 'peyang' sebenarnya sempat membuatku ragu untuk membelinya. Apalagi waktu itu harganya masi agak mahal. Namun fitur-fiturnya cukup lengkap akhirnya membuatku menyerah dan membelinya.
Bentuknya agak gendut dan aneh, terutama kepalanya yang 'peyang'. Keypadnya cukup enak tapi joysticknya yang berujung bulatan silikon berulang kali bermasalah. Ujung silikonnya rupanya hanya dilem dengan tidak begitu kuat dan mudah sekali lepas. Berkali-kali lapisan silikon itu lepas hingga akhirnya hilang karena kecilnya dan transparannya. Aku sempat berusaha cuek dengan ketiadaan lapisan silikon. Namun rasa sakit pada jempolku memaksaku untuk membawanya ke customer service siemens di SCBD.
Layar CX75 berkedalaman 262k warna dengan resolusi 132x176pixels. Resolusi yang aneh. Hanya handset-handset siemens yang menggunakan resolusi ini setahu saya. Imbas dari resolusi layar yang tidak biasa ini terutama terasa saat mencari2 games yang sesuai untuk handset ini.Sebetulnya layarnya tampak cukup bagus dan cerah. Namun mungkin karena resolusi yang tidak terlalu besar membuatnya tampak tidak begitu padat dan agak kasar.
Suara speaker saat membunyikan ringtone agak kasar dan pecah. Banyak file midi yang bagus saat diputar di handset lain merk terdengar sember dan tak keruan saat diputar di cx75 ini(hal ini akhirnya saya temukan dialami juga oleh siemens c75, dan mungkin juga siemens-siemens lain). Untungnya cx75 sudah mengenali file mp3 dan aac, dan bisa menggunakannya sebagai ringtone. Namun tetap saja terdengar seperti kebanyakn treble dan berisik. Sudah ada music player pada siemens ini meski masih primitif. Fiturnya pemutar musiknya masih seadanya dan bahkan tidak bisa berjalan di background(multi tasking). Cukup mengganggu bagi saya karena dengan e398 saya terbiasa mendengarkan musik sambil membaca file-file txt. Namun di sisi lain dalam hal aplikasi java, handset siemens unggul, terutama dalam hal access file system. Pada handset-handset siemens baru(dalam hal ini yang saya tahu pasti seri 75), memberi ijin aplikasi untuk mengakses atau membuka file dari dalam memori hape atau dari memory card sangat mudah untuk dilakukan. Jadi pada awal penggunaan aplikasi biasanya akan ada pertanyaan apakah akan memberi ijin aplikasi untuk mengakses file internal atau tidak. Sekali diberi ijin biasanya tidak akan muncul lagi prompt-prompt security yg menyebalkan.(satu hal yang tidak didapati pada handset-handset sony ericsson,nokia-nokia s40, sedangkan pada handset motorola pemberian ijin aplikasi untuk mengakses file harus dilakukan pada saat instalasi yang bisa dilakukan dengan motomidman). Ini sangat memudahkan instalasi dan penggunaan aplikasi2 yang butuh akses ke file internal macam photoeditor,txt editor dan music player bikinan pihak ketiga. Ini membuat siemens cx75 saya lebih 'berdaya' dan sedikit banyak mendekati kemampuan ponsel smartphone. Apalagi banyak aplikasi kantoran macam office dan pdf viewer,zip manager yang bisa dibenamkan kedalamnya. Ditambah lagi kemampuannya untuk mengkopi aplikasi java, bahkan yang sudah terinstal ke handset lain melalui infra red ataupun blue tooth. Satu hal yang jarang pada ponsel non smartphone yang sekedar mengandalkan aplikasi java. Dalam hal java ini saya sungguh salut pada siemens, terutama seri 75, yang kemampuannya luar biasa,fleksibilitasnya, dan sangat mudah digunakan.
Di sektor kamera cx75 dilengkapi dengan kamera beresolusi maksimal 1,3megapixel. Hasil fotonya cukup detil dan penangkapannya relatif cepat. Namun sayang warnanya jadi agak cenderung pucat dan tidak menarik.
Di kondisi agak gelap hasil foto turun drastis menjadi penuh noise aneh. Hasil rekaman video nya juga biasa saja. Walau sepertinya diposisikan sebagai ponsel multi media namun sepertinya siemens masih setngah-setengah dalam memberikan fiturnya. Hal ini terlihat pada music player yang primitif dan kamera yang sangat biasa saja.

motorola e398 yang kedua

Beberapa waktu menggunakan k300i, akhirnya saya tak tahan dengan layar CSTN nya yang amat pucat dan kucil. Mengganti dengan ponsel baru lagi, pilihan kembali pada motorola e398.
Tetap seperti motorola e398 yang pertama aku miliki, dengan speaker stereo yang mantap dengan efek getar. Kali ini aku sempat mengutik-utik daleman motorola yang diisukan bisa disulap menjadi motorola rokr e1 yang ber itunes. Saya sih tidak sampai segitunya sampai merubah firmware. Yang saya lakukan sekedar mengedit2 seem(apapun itu) untuk mengaktifkan voice recorder. Mengaktifkan java uploader. Lalu menghapus skin-skin bawaan. Masalah skin ini sempat 2 kali mengakibatkan e398 saya mati dan tidak bisa start up(tiap kali di hidupkan hanya berhenti sampai layar bootloader). Ini gara2 saya mengikuti suatu petunjuk yang saya dapat dari suatu forum di internet untuk menimpa skin default e398(skin moto) dengan skin baru yang memang tampilannya sangat menarik. Sepertinya sewaktu proses instalasi skin ada yang tidak lengkap hingga skin default nya rusak atau gak komplet dan handset saya berhenti di bootloader.(mungkin, maklum saya gak ngerti soal pemrograman, hihihhi). Sejak itu saya tidak berani lagi mengutik-utik skin 'moto' yang ada di motorola-motorola saya.
Selain itu saya juga menginstal berbagai aplikasi java untuk memperlengkap fungsi hape saya. Salah satu aplikasi favorit saya adalah readmaniac untuk membaca file-file teks. Lalu phone manager yang berfungsi sebagai explorer,sebagi txt editor, media player dan lain-lain. Namun aplikasi-aplikasi ini membutuhkan akses ke dalam file internal. Dan pada handset motorola proses pemberian akses kepada aplikasi ini agak ribet dan harus dilakukan saat menginstal aplikasi dengan pc via kabel data. Itupun harus dilakukan dengan bantuan software khusus (di PC) macam motomidman.

Friday 5 October 2007

sonyericsson k300i

Setelah hape motorola e398 ku nan tersayang di copet, aku sebetulnya agak-agak malas untuk membeli hape lagi, apalagi yang fiturnya macam-macam. Setelah sempat berputar-putar kebingungan di roxi, akhirnya mataku tertumbuk pada sebuah hape mungil, sonyericsson k300i. Entah kenapa rasa trauma pasca kecopetan membuatku makin terobsesi pada hape mungil dan kompak dengan fitur sederhana. Tadinya sempat ku tertarik pada panasonic yang tipis itu tapi ternyata fiturnya parah jadi ku beralih ke SE.

Selain bentuknya yang lucu dan kompak, fiturnya sebenarnya cukup lumayan. Bentukannya minimalis, sederhana. Keypad nya cukup nyaman digunakan. Joystick nya begitu juga. Layarnya memang kucil, dengan resolusi 128x128pixels dan berjenis CSTN. Jadi tampilan layarnya terlihat kasar dan pucat. Di sebelah belakang ada grill loudspeaker yang mendendangkan suara ringtone, cukup kencang namun agak terdengar garing tanpa dinamika. k300i ini sudah support ringtone mp3. Walau dengan memori sekitar 10mb an harus pintar2 mengatur supaya tidak kehabisan memori. Akselerasi antar menu cukup cepat. Hasil test dengan jbenchmark nya bahkan jauh melebihi nokia 6600 milik temanku. Menjalankan berbagai game java tak pernah terasa lambat seperti halnya pada handset motorola, namun lagi-lagi terbentur masalah resolusi layar yang kucil hingga tidak bisa memainkan berbagai game menarik. K300i ini dilengkapi kamera VGA terintegrasi dengan tombol akses cepat di bagian samping bodi ponsel. Hasil jepretan nya masih kalah dibanding kamera VGA nya motorola e398, meski reaksi penangkapan gambarnya lebih cepat. Ada pilihan ukuran hasil foto extended yang menghasilkan foto megapixel-megapixelan alias diperbesar dengan interpolasi. Untuk konektifitas, K300i sekedar mengandalkan infrared yang lumayan lelet untuk mentransfer file-file besar. Namun kini tak ada batasan besaran file yang ditransfer seperti pada alcatel 756. Tidak ada keluhan berarti tentang handset yang satu ini kecuali layarnya yang agak parah. Soal ketiadaan memory eksternal cukup bisa dimaklumi mengingat kisaran harga yang dipatok.

Thursday 4 October 2007

motorola e398 yang pertama

Motorola e398 sudah sejak lama saya impi-impikan sejak saya lihat iklannya pertama kali di mtv. Fiturnya sepertinya lengkap banget. Jadi begitu harganya turun dan mendekati 2 jutaan langsung saya membelinya. Bentuknya klasik, nggak neko-neko, kotak dengan sudut-sudut halus membulat. Dengan warna hitam dan tekstur yang agak kesat hingga tidak licin dipegang. Di sekelilingnya ada list metalik dengan logo motorola. Di kanan dan kiri agak keatas bercokol speaker stereo dengan lampu didalamnya. Layar TFTnya tidak terlalu besar walau beresolusi 176x220 dengan kedalaman 65k warna. Sepintas dibanding alcatel 756 ku layarnya tidak lebih bagus meski resolusi nya lebih besar.Keypadnya berukuran sedang dengan warna metalik. Cukup enak buat mengetik. Di bagian belakang ada lubang rana kamera beserta sebuah bintik kuning yang ternyata adalah lampu flash nya.

Namun apa daya. Baru sekitar 2 bulanan hape itu saya miliki, belum sempat diutik-utik lebih jauh(baru sebatas memasukkan ringtone,gambar, dan games), hape kesayanganku itu lenyap dicopet di dalam bis mayasari bakti nomor 15 jurusan kampung rambutan-blok m.

alcatel 756

alcatel756.
Setelah c550 yang imut itu, aku beralih ke alcatel 756.
Kali ini aku terpengaruh pembicaraan rekan-rekan dari forum alcatel di forumponsel.com.
Dan memang tidak salah. Alcatel 756 ini memang cantik luar dalam. Bentuknya khas, sangat beraroma perancis. Warnanya merah marun yang saya sangat suka, dengan list metalik dan tombol semi transparan yang enak sekali buat mengetik. Layarnya walau hanya beresolusi 128x160pixels tapi fisiknya cukup besar. Dan kualitas tampilan gambarnya pun sangat bagus, halus dan jernih. Nyaman dipegang, nyaman pula untuk dipelototi karena tampilan dalamannya yang cukup menarik. Tampilan UI nya sangat khas, menyenangkan untuk digunakan. Kali ini 756 sudah support file mp3. Namun karena memory internalnya hanya sekitar 5MB jadi tetap saja mp3 yang dimasukkan sebatas potongan-potongan untuk ringtone. Ditambah lagi konektifitasnya melalu infrared membatasi file transfer dari PC ke handset hingga maksimal 150kb. Untungnya alcatel sudah menyertakan cd software untuk berbagai keperluan seperti mengedit gambar, memotong mp3 maupun video untuk dimasukkan ke dalam 756. Kualitas suara ringtone alcatel 756 ini cukup membanggakan. Selain itu alcatel 756 ini sudah support java. Bermain game dengan layar lebar 756 sangat menyenangkan. Sama seperti ringtone atau wallpaper, game java juga bisa ditransfer melalui infra red atau mendownload langsung via gprs.
Kamera VGA yang ada di handset ini juga lumayan bagus, didukung dengan tampilan viewfinder di layarnya yang sangat jelas dan berbagai berbagai pengaturan kamera yang sangat membantu. Hanya saja kadang di bagian pinggir-pinggir hasil foto agak nge blur. Secara umum alcatel ini sangat memuaskan terutama dalam hal layar. Kelemahannya adalah dalam hal memory dan konektifitas jarak dekat yang agak lemah.

motorola c550

motorola c550
Nah, kalo yang ini adalah hape perama saya yg berlayar warna dan sekaligus yang pertama yang berkamera terintegrasi. Pertimbangan pada waktu mau beli ya sudah jelas ada kameranya itu. Lalu bentuknya juga kucil dan lucu. Kira-kira masih imbang dengan siemens c55 yang kupakai sebelumnya.

Bentuknya agak sedikit kotak dengan warna casing yang dominan abu-abu metalik dengan sedikit warna hijau di keypad dan sekeliling layar. Keypadnya juga kecil-kecil dan agak menonjol. Tidak terlalu nyaman digunakan untuk mengetik. Untuk navigasi ada navi pad 4 arah dengan tombol menu khas motorola di tengahnya. Layarnya sudah berwarna. Namun hampir bisa dibilang agak sia-sia karena resolusinya yang sangat kecil, yaitu hanya 101x80pixels. Gambar tertampil kasar di layarnya. Saat berfungsi sebagai viewfinder kameranyapun tidak begitu jelas. Hampir seperti bermain tebak-tebakan gambar apa yang ada dilayar. Tapi kondisi ini bisa sedikit diatasi dengan menggunakan wallpaper yang berwarna cerah dengan kontras tinggi. Dengan begitu tampilan layar saat standby jadi nggak terlalu parah-parah amat. Hehehe. Kameranya ber resolusi VGA. Lumayan sih sebetulnya pada saat itu, karena banyak hape lain yang kameranya baru sebatas CIF. Namun seperti seperti sudah disebut sebelumnya, layarnya yang imut menjadi kendala saat digunakan membidik foto. Susah untuk menghasilkan gambar yang bagus karena yang terlihat dilayar sangat tidak jelas.
Dari segi audio juga sudah mendukung ringtone midi dan amr. Sedikit mundur dari siemens c55 yang sudah mendukung file wav.
Handset ini juga sudah support aplikasi java. Jadi bisa diinstall game dan aplikasi baru, yang tentunya kini support games berwarna. Tapi lagi-lagi terbentur di permasalahan resolusi layar yang menyebabkan banyak game tidak bisa dimainkan karena ukuran layar c550 yang terlalu kecil.
Untuk koneksi, satu-satunya jalan untuk menghubungkannya ke PC adalah dengan kabel miniUSB. Dengan catatan terlebih dahulu meng install driver nya di PC. Oya memori internal hape ini cuman sekitar 2mb an. Tapi cukup wajar mengingat baru sekedar support ringtone midi dan amr.
Yang jelas kuingat, c550 ini adalah pengalaman pertamaku mulai mengutik2 daleman hape, dalam hal ini khususnya motorola. Waktu itu aku sekedar mengganti-ganti tampilan menunya dan menghapus ringtone-ringtone bawaannya.

siemens c55

siemens c55.
Ini dia hape pertama yang saya beli dengan uang gaji sendiri. Pertimbangan waktu akan membeli handset ini adalah bentuknya yang imut, changeable cover, gprs dan java enabled(walau saat itu sebenarnya saya masi agak meraba-raba tentang pengertian gprs dan java).

Saya beli c55 berwarna putih semu kuning lemon(nah lho, bingung kan?) yang casing nya glow-in-the-dark. Casing nya memang gampang sekali dilepas dan diganti-ganti. Langsung saja saya membeli casing pengganti dengan bermacam warna aneh. Hehehe. Bentuknya yang imut enak dipegang dan keypad nya tetap enak dipake buat ber-sms ria walau tombolnya agak kecil-kecil.

Tentang jerohan-nya, siemens c55 cukup memuaskan(pada masanya tentu saja). Dengan harga sejutaan saya sudah mendapat handset dengan ringtone midi, wav, dan amr. Bisa rekam suara. Layarnya masih monokrom tapi sudah bisa pasang logo dan screensaver. Support file gambar bmp,bmx monokrom. Dengan gprs nya dia jadi bener2 ber-daya dalam hal personalisasi untuk mencari-cari ringtone dan logo-logo baru. Gprs nya juga memungkinkan saya untuk mendownload game-game maupun aplikasi baru berbasis j2me ke dalam handset saya. Saat itu bisa mendownload game ke dalam hape bener-benar suatu hal yang sangat baru dan hampir tak terbayangkan sebelumnya. Siemens c55 benar-benar seperti suatu petualangan baru dengan kemampuannya menjelajah alam maya. Suatu lompatan dari c35 yang nyaris tanpa personalisasi. Pada masa pemakaian c55 inilah saya benar2 gila2an bongkar pasang game di hape via gprs. (lagipula hanya itu sarana koneksi yang saya miliki, kabel data c55 terlampau mahal, sekitar 300ratus ribu-an)

siemens c35

Siemens C35 adalah salah satu handset yang saya gunakan cukup lama. Dari mulai saya beli menjelang kelulusan dari universitas hingga 1,5 tahun pertama saya kerja di Jakarta.

Saya ingat waktu itu saya benar-benar awam soal handphone. Saat berputar-putar di suatu pusat perdagangan hape di Jogja, dalam benak saya sama sekali belum ada bayangan handset seperti apa yang akan saya beli. Yang jelas saya ingat bahkan meski ketika itu saya masih asing dengan dunia per-hape-an pun, saya sudah memiliki kecenderungan untuk memilih merk selain Nokia. Waktu itu saya lebih memilih untuk mencari siemens. Sempat melihat Siemens c25 bekas pakai di salah satu counter. Saya sudah tertarik melihat bentuknya yang lucu seperti pisang ramping. Tapi abang saya menyarankan untuk melihat-lihat ke tempat lain dahulu. Akhirnya kami menemukan sebuah counter yang memajang kotak Siemens C35. Melihat bentuk dan warnanya yang biru tua saya cukup tertarik. Apalagi setelah menanyakan harganya. Pas sekali dengan budget yang sudah ditetapkan. Maklum namanya juga masih dibelikan ortu. Jadi mau nggak mau ya harus ngikut budget ketat itu.
Jadilah saya beli siemens c35 berwarna biru tua. Fiturnya tidak ada yang luar biasa. Ya cukup tipikal hape pada masa itu lah. Layar monokrom. Ringtone monofonik. Bisa sms. Ada scheduler.Ada ringtone composer dan selipan-selipan grafis untuk sms sudah cukup menghibur pada waktu itu. Ada beberapa games yang kalau dipikir2 dari sudut pandang sekarang sangat membosankan. Tapi untuk saat itu sudah sangat beruntung memiliki games dalam hape. Yang jelas hape jadul macam ini justru lebih tangguh. bahkan hingga tahun 2007 ini pun handset ini masih bisa berfungsi dengan cukup baik. Hanya baterai nya saja yang kadang mendadak drop.